Aku yang belajar merindu, lagi…

ailuvreinsudah lama tak melisankanmu,
dalam stanza yang dulu selalu bergaung memecah gumam,
pun menulis tentangmu di kebaruan kata,
terasa mengalpakanku dari rasa.

sedang rimamu,
kutau beradu dalam ruang yang tak pernah bisu dari ramai.

namun, kali ini kau membuyar kekakuanku
mengingatkan kembali bagaimana cara merindumu.

#
hujan,
menanggapi sapaanmu di siang ini
terima kasih telah menanyakan kabarku…
insya Allah, aku kan baik-baik saja 🙂

————————————–

Sultan Adam, 05/01/13

Burung dan Pesta Hujan

desau angin,
rupanya meriuhkan gempita burung-burung kecil yang bersenang-gembira di udara,

dan disana kulihat hujan bukan sedang bergurau dengan manusia,
tapi dengan mereka.

pula kusangka, hujan sedang bersenandung untukku

padahal ia sejenak melepas rindu dengan negeri ini,

negeri para pengeluh.

negeri yang mengharapnya datang saat jiwa gersang,

dan membenci kala kunjungannya tak berwaktu.

aku cemburu.

—————————–

13/10/12

(masih) Tentang Hujan

Kata untuknya tak kan habis meliput kemesraan

Dalam puisi-puisi manis yang menyapih rindu

Pada sungai-sungai yang mengalir

Pada kebun-kebun yang basah

Pada jalan-jalan kerikil di pedesaan

Dan aku pun ingin menaruh rindu pada semua itu

#

hujan,

memang selalu asyik tuk diperbincangkan

bahkan, akupun ingin selalu bercerita tentangnya

meski diantara kesekian kali kuhadirkan kata-kata yang sama

aku tak jenuh memungutnya

————————

|bilik inspirasi|

09/10/12

kepada Hujan

jika derainya begitu menenangkan,
aku suka ia kembali bertandang
merangkul gelisah dengan soraknya yang lantang
atau gerimis saja,
yang memeluk hari kita dengan bisiknya yang parau berserak
bahkan jika sebias embun,
mendekap hangat rindu yang menggantung
#
adalah Dia yang memilikinya seutuh purnama

—————————

|bilik inspirasi|
sore, lepas dia turun
18/90/12